Partisipasi Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin dalam Pendidikan Kemasyarakatan Terahadap Santri
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang telah mampu membawa pengaruh cukup besar, karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan kerangka acuan dan berpikir serta sikap ideal para santri sehingga pesantren sering disebut sebagai alat transformasi kultural. Yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan, dakwah kemasyarakatan bahkan sebagai lembaga perjuangan, telah memberikan andil sangat besar. Baik pada waktu membebaskan tanah air maupun dalam rangka ikut serta mencerdaskan serta meningkatkan taraf hidup rakyat negara Indonesia.
Tujuan pendidikan merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan, Tujuan termasuk kunci keberhasilan pendidikan, disamping faktor-faktor lainya yang terkait: pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Keberadaan faktor ini tidak ada artinya bila tidak diarahkan oleh suatu tujuan. Tidak dipungkiri lagi bahwa tujuan menempati posisi yang amat penting dalam proses pendidikan sehingga materi, metode, dan alat pengajaran selalu disesuaikan dengan tujuan. Tujuan yang tidak jelas akan mengaburkan seluruh aspek tersebut.
Kesadaran akan kelemahan dari pendidikan pesantren akhir-akhir ini mulai dirasakan. Hal itu sangat urgen dan mendesak apabila sama-sama menyadari bahwa potensi pesantren sesungguhnya adalah sangat besar. Baik dari segi jumlah santri pesantren yang sangat besar, letak geografis pesantren yang umumnya di daerah pedesaan, potensi alam dan lingkungan masyarakat di sekelilingnya yang umumnya memiliki ketrampilan tertentu sperti: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan/tambak, kelautan, kerajinan/indutsri kecil dan menengah, dan sebagainya. Disamping itu, karena peranannya dalam melahirkan manusia yang religius, dapat dipercaya dan berwatak sosial. Dari analilis yang didapat yaitu faktor pendukungnya adalah lahan pertanian serta perkebunan yang ada disekitar Pondok Pesantren sangat luas. Faktor penghambatnya adalah santri tidak dibekali pelajaran tentang pengelolaan pertanian dan perkebunan, karena alasan tersebut untuk lebih fokus belajar agama.